Sebenernya sih aku bingung mo nulis apaan saat ini dan mo mulai darimana *sigh*
Oke. Sebelumnya, aku mo bilang terima kasih banyak-banyak untuk semua temen-temen blogger yg udah mau repot-repot mampir ke sini, baik itu temen-temen baru, apalagi temen-temen lama. Terima kasih karena masih bersedia untuk datang ke sini, meninggalkan jejak di SB, dan masih sudi menyapa seorang teman bernama 'Ulie' yg saat ini sedang berubah jadi totally autis, kalo gak mo dibilang mati suri hiks.. Terima kasih banyak, banyaaakkk banget.. Terus terang, aku terharu dan senang karena masih ada yg inget bahwa seorang Ulie itu mungkin masih 'hidup', bernafas, dan bernyawa di suatu tempat.
Bloggers, maaf yaa.. Bukan maksud hati untuk 'melupakan', bukan pula disengaja untuk gak mampir balik ke rumah teman-teman semua. Maaf bangeeeettt... Tapi sejak beberapa bulan yg lalu, entah kenapa aku merasa jenuh dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Aku merasa kehilangan jejak, kebingungan antara mau melakukan ini ataukah itu, dan akhirnya setelah menyelesaikan cerita tentang "Si Beruang Kecil" yg jelas-jelas adalah gambaran perasaanku saat itu, aku memutuskan secara sepihak bahwa "Aku ingin berhibernasi". Yup, aku ingin menghilang untuk sementara waktu dari semuanya, agar aku dapat berpikir sekali lagi tentang semuanya, sedikit demi sedikit, sehingga aku dapat menarik kembali benang merah yg (menurutku sendiri) telah terputus dari apa yg telah aku jalani selama ini.
Tapiiiiii... rupanya proses ini gak segampang yg aku kira :( Banyak faktor eksternal yg justru lebih menguatkan efek hibernasi ini. Koneksi internetku yg amat sangat menyedihkan (baca: lebih banyak putus daripada tersambung) selama aku merayakan hari raya idul fitri di Palembang, membuat semangatku menjadi drop melewati ambang batas terrendah yg bisa aku toleransi. Belum lagi masalah ini selesai, ada masalah lain yg masuk ke dalam kehidupan personalku. Eh tiba-tiba aku juga dapet kabar kalo Papah masuk rumah sakit karena diabetesnya kambuh dan kadar gula darahnya melonjak tajam hingga 500-an. Dohhh... Rasanya pingin teriak aja saat itu!
Jujur aja, saat itu hanya Ipanks yg gak bosan-bosannya menjadi penghibur hatiku. Nggak peduli saat itu siang atau malam, tanpa rasa malu aku terus-menerus menghubungi Ipanks setiap kali hatiku berulah, untuk mengadukan hatiku yg berubah-ubah moodnya tanpa kenal waktu. Yg terjadi saat itu adalah mungkin aja detik ini hatiku senang bukan kepalang, tapi bisa jadi beberapa menit kemudian jantungku tiba-tiba berdegup kencang dan berdebar-debar tanpa sebab, yg menyebabkan aku menjadi bersikap dan mengatakan hal-hal aneh. Hal ini terjadi berulang kali, sampai akhirnya aku merasa telah merepotkan Ipanks terlalu banyak dan menjadi malu hati, kemudian secara tiba-tiba aku memutuskan untuk berhenti merepotkan Ipanks dan mencoba sendiri untuk mengayomi isi hati tanpa tergantung dengan siapa pun lagi. Aku tau, pasti saat itu Ipanks kebingungan karena kehilangan fans secara mendadak tanpa pemberitahuan (karena selama periode itu kami saling menghubungi nyaris sepanjang hari, baik via SMS maupun telfon), tapi aku sendiri merasa kesulitan untuk menjelaskannya. Belum lagi aku juga merasa bahwa keakraban yg sebelumnya terjalin di antara kami berempat sebelumnya, tiba-tiba terasa kehilangan bentuknya. Jujur, aku sedih.. Maaf ya Panks, aku emang aneh, aku emang unpredictable, dan gak semua orang bisa mengerti hal ini. Aku sadar, kalo saat itu aku sedang merasa 'kosong', totally empty. Maaf sekali lagi karena aku baru bisa bicara soal ini sekarang yaa.. Sementara itu aku masih tetap vakum ngeblog, vakum ngeplurk, vakum dalam banyak hal. Aku hanya fokus di deviantart, satu-satunya yg aku jalani untuk membuatku tetap merasa 'hidup' saat itu.. Untung ada Ivan. Aduh Cumi, you really saved me!
Setelah itu, seseorang datang untuk mengisi 'kekosongan' yg aku biarkan tetap berada dalam keadaan seperti itu selama beberapa lama. Aku yg pada awalnya nggak berniat untuk membuka hati dulu sampai dengan batas waktu yg belum bisa ditentukan, akhirnya menyerah. Aku mulai aktif lagi di Facebook, dan mulai menimbang-nimbang untuk aktif ngeblog lagi. Apalagi saat mulai mendapatkan job review, semangatku mulai timbul. Tapiiii... rupanya ini emang belum selesai. Baru juga keputusan itu dibuat, tapi belum lagi aku lakukan, tiba-tiba pembokat minta berhenti! Aduh maaakkk.. Padahal saat itupun keluhanku terhadapnya udah banyak: nyuci piring dan pakaian nggak bersih, beresin rumah nggak becus, menyetrika nggak pernah rapi, menunda-nunda menyetrika sehingga pakaian bertumpuk di kamarnya, pakaian yg disimpan di lemari berjamur akibat dimasukkan dalam keadaan lembab, dan kesukaannya nongkrong di tetangga sebelah sambil membawa Fathir membuatku nyaris naik darah karena posisi rumah ini yg di pinggir jalan yg ramai dengan kendaraan bermotor membuatku khawatir akan keselamatan Fathir. Yg paling membuat kekesalanku memuncak adalah saat si mbak ini udah nggak ada di rumah, aku dan adikku melakukan pengecekan ke bagian-bagian rumah yg nggak pernah kami sentuh selama ada pembokat (alias tempat mencuci baju dan kamarnya). Tau gak apa yg aku temukan? Hal-hal yg menjengkelkan! Tumpukan seprai kotor yg sudah direndam deterjen dan menyebarkan aroma menyengat, piring kotor bekas dipakai dengan sisa makanan di dalam tumpukan pakaian siap setrika, plus semut yg menggerayangi pakaian kami yg menempel di piring tersebut! Masya Allah.. Aku hanya bisa mengelus dada melihatnya saat itu.
Saking kesal dan kecewanya, akhirnya aku mengambil keputusan untuk tidak pakai pembantu dulu untuk sementara dan mengambil alih urusan perawatan keponakanku secara langsung selama adikku dan suaminya bekerja. Dengan konsekuensi semua yg udah aku rencanain akan berantakan, dan bubye internet untuk sementara waktu karena Fathir pasti menuntut perhatian full saat ia terbangun. Di saat ia tidur, aku masih harus masak dan bersih-bersih rumah sambil sekali-sekali curi waktu untuk online di Facebook. Tapi untuk ngeblog? Mana mungkiiinnn...
Kepanjangan ya curhatnya? Maaf yaa.. Tapi mumpung saat ini aku lagi bisa menebalkan muka untuk online dulu sementara adikku dan suaminya sedang packing barang. Yups, kami sedang bersiap-siap untuk pindah rumah ke Cidodol (masih di Kebayoran Lama juga sih) karena kontrak rumah yg ini akan habis bulan Februari ini dan kebetulan Papah menyediakan dana awal untuk membeli rumah di daerah tersebut. Alhamdulillah, kondisinya masih baru dan yg paling penting posisinya tidak di pinggir jalan. Aku juga jadi bisa mengangkut barangku yg di kostan di Karawaci. At least hidupku akan lebih teratur, karena aku ini tipe orang yg suka mengatur barang agar enak dilihat dan nggak berantakan. Makanya sering kali aku menghela nafas setiap kali melihat kamar adikku yg nyaris selalu penuh dengan barang dimana-mana. Duh, kok jadi cerita soal adikku yaa?? Maap ya Piet..
Udah ah, niatnya cuma mo bilang 'terima kasih' dan 'maaf' aja malah jadi melebar kemana-mana hiks.. Sekali lagi, maafin aku ya bloggers.. Aku masih butuh waktu untuk kembali aktif di sini. Aku juga kangen bertukar cerita dengan semuanya, tapi apa daya, mungkin sampai akhir bulan ini hidupku masih akan menjadi 'tante rumah tangga yg baik dan benar'. Wish me luck yah..
Continue Reading...