"Hay..Hepi besdei ke 63 yah..MERDEKA!"
Sender:
Januar
+6281513308XXX
Received:
07:04:23
17-08-2008
Sialan! Isengnya kak Januar lagi keluar neh. Tekan Reply, ketik SMS balasan:
"MERDEKA! Eh Si Depok Nongol Lg.. Sorry Baru Bangun Neeh..Hehe"
Nada dering SMS diterima, tertera di layar:
1 message
Januar
11:36:45
Tekan Show, baca isinya:
"Dmn non? Rmh fathir ya? Gak ikutan upacara? Wuih, merdeka bgt nih kayanya, jam segini baru bangun!"
Sender:
Januar
+6281513308XXX
Received:
11:36:45
17-08-2008
Reply:
"Pastinya hehe.. Tapi Merdeka Fisik Doang, Batin Mah Belom :p"
Nyambung tiduran..eh bunyi lagi.
1 message
Januar
11:40:01
"Wah, kenapa tuh? Libido tidak tersalurkan ya hehe.."
Sender:
Januar
+6281513308XXX
Received:
11:40:01
17-08-2008
Reply (sambil sedikit mangkel):
"Gak Merdeka Batin Bkn Cm Soal Libido Kale Kaaakkk...."
1 message
Januar
11:45:27
"Putus?"
Sender:
Januar
+6281513308XXX
Received:
11:45:27
17-08-2008
Ragu-ragu tekan Reply, tapi akhirnya aku putusin nggak bales SMSnya. Serba salah, aku ragu mo kasi jawaban yg mana. Ntar kalo dijawab "Putus", lha kan masih tunggu tanggal 21 untuk kepastiannya. Tapi jawab "Belum", kesannya gimanaaaa gitu. Akhirnya aku batalin aja ngereply. Emang sih dia 'merdeka' untuk bertanya apapun, tapi aku sebagai manusia 'merdeka', juga berhak dong memutuskan untuk membalas ato nggak? Kalo emang merasa nggak nyaman, wajar toh kalo nggak aku terusin berbalas SMS seperti ini?
Kaya iklan yang pernah aku liat billboardnya (tapi lupa iklan paan :p), isinya kira-kira gini:
Merdeka bangsaku.
Sudah merdekakah rakyatku?
Merdeka. Kebebasan. Freedom. Hm..
Jujur, aku sendiri merasa belum menjadi seorang manusia yg 'sepenuhnya merdeka', karena 'kemerdekaan yg mutlak' itu nggak akan pernah ada. Semua orang akan selalu dibatasi oleh aturan atau norma-norma tertentu yg pastinya akan membatasi kemerdekaannya itu. Contohnya nih, kalo sekedar ngikutin egoisme kita aja, pastinya pingin ngelakuin sesuatu tanpa ada yg ngelarang. Let's say, untuk kasus-kasus yg ekstrim, misalnya kita jalan-jalan dalam keadaan bugil deh :p (terlalu ekstrim ya contohnya? hehe..)
Tapiii..ada yg menghalangi 'kemerdekaan' kita untuk mewujudkannya.
1. Norma agama/reliji.
2. Norma kesopanan.
3. Rasa malu.
4. Pandangan/penilaian orang.
5. De el el, de es be, de es te.
See?
Tapi pasti ada yang nanya: Gimana dengan mereka-mereka yg disebut 'orang gila' ato 'sakit jiwa'? Bukankah mereka bebas dari semua kekangan di atas? Karena toh mereka nggak peduli pandangan orang lain, mo bugil kek, mo apa kek. Paling orang-orang yang berpapasan dengan mereka hanya akan memalingkan muka sambil merasa kasihan atau bahkan jijik. Artinya mereka punya kebebasan mutlak itu kan?
Well, menurutku, pada akhirnya mereka pun tetap nggak memiliki kebebasan mutlak. Bayangin aja kalo mereka ditarik pulang oleh anggota keluarga yang menemukannya di jalanan atau bahkan sampai terjaring petugas kamtib yang kemudian memasung (masih ada gak sih hari gini orang yang dipasung?) atau dimasukkan ke RSJ. Artinya mereka juga nggak memiliki kebebasan mutlak itu lagi dunks..
Kita juga blom merdeka dalam mengeluarkan pendapat.
Kita juga blom merdeka dalam hal pendidikan.
Kita juga blom merdeka dalam berantas korupsi dan suap.
Bla bla bla.
Halah! Iseng amat ya aku hari ini..hehe..topik yang nggak jelas :p
Bodo ah. Aku kan bukan siapa-siapa. Aku hanya seorang Yuli Yustia Sari yang sampai hari ini pun masih penuh dengan kebingungan.
MERDEKA!
Walopun (kayanya betul bahwa) rakyatku belum merdeka (sepenuhnya).
Upss..dalem..
0 comments:
Post a Comment