Friday, December 5, 2008

Aku Mau Berhibernasi! (part 3-End of Story)



Ulie's note: Eh, di cerita sebelumnya pada ikutan deg-degan nggak sih? Hihi..

By the way, this is the last part, so now I'm gonna say big thanks to my other soul mate, Ivan si Jelek, yang telah memberikan inspirasi untuk membuat cerita ini menjadi trilogi. I Love You, My 2nd Freak! Hwakakaka...

I also dedicated this story special for Gratcia Siahaya, who has made me more confident to go on with this "write thing" because of her quote: "Keep on writing like no one is reading" (kira-kira gini deh hehe..). I Love You, mbak G! *hugs*

Sekarang, lanjut lagi nyookkk... ^_^




Si beruang kecil tersudut di pinggir jurang, nafasnya semakin memburu sekarang. Dadanya sesak akan rasa takut yang tak terkira. Cakar si beruang kecil erat menancap ke tanah, dengan rasa takut yang semakin memuncak si beruang kecil menoleh ke kanan dan kirinya untuk mencari jalan keluar, tetapi satu-satunya jalan adalah kembali ke arah mana tadi ia datang. Tempat dimana si pengejar itu berada!

Dengan panik, si beruang kecil mendengarkan langkah-langkah kaki yang menderu berderap ke arahnya, makin lama semakin mendekat ke tempatnya berdiri saat ini. Si beruang kecil tanpa sadar melangkah mundur, ia merasa harus berada sejauh mungkin dari si pengejar, tapi posisi kaki belakangnya telah menyentuh pinggiran jurang, menyebabkan kerikil-kerikil kecil berjatuhan ke bawah. Dengan perasaan ngeri si beruang kecil menoleh ke belakang, melihat betapa jauhnya dataran di bawah, dan membayangkan betapa sakitnya kalau saja ia sampai terjatuh ke sana..

Dan tiba-tiba, tanpa peringatan lebih dahulu, si pengejar telah muncul di hadapannya! Airmata yang masih mengalir dan cahaya sang bulan yang berada di belakangnya menghalangi pandangan si beruang kecil untuk melihat dengan jelas siapa sebenarnya si pengejar itu. Dengan ketegaran yang tiba-tiba muncul, si beruang kecil menghapus aliran airmatanya, kemudian berdiri dengan tegak. Ia melihat sosok besar yang melangkah gontai dengan keempat kakinya, terlihat lusuh dari kejauhan dan -si beruang kecil memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas,
apakah itu benar??- langkahnya terlihat capai.

Tiba-tiba si pengejar mengeluarkan suara, terdengar letih, tapi ada nada kelegaan luar biasa di dalamnya. Si beruang kecil semakin memicingkan mata agar lebih jelas, dibalut rasa tidak percaya. Karena suara itu memanggil namanya, dan itu adalah...

Ayah!
- si beruang kecil berteriak keras.

Si beruang kecil berlari kencang menuruni pinggiran jurang, menuju sang ayah yang pada saat itu berhenti untuk menyambut dan kemudian memeluknya dengan erat saat si beruang kecil tiba di hadapannya. Si beruang kecil menangis terisak sambil memeluk sang ayah sambil berbicara tanpa henti: Ayah, oh ayah, aku takut, takut sekali! Oh ayah, maafkan aku, maafkan aku karena telah pergi dari rumah, maafkan aku ayah, maafkan aku..

Sang ayah tidak berkata apa-apa, hanya memeluk erat si beruang kecil sambil mengelus kepalanya, kemudian mencium kedua pipi anaknya yang basah oleh airmata. Setelah si beruang kecil berhenti menangis, ia menyadari betapa lusuhnya sang ayah, dan menyadari bahwa tentunya ia telah mencari dirinya sepanjang malam. Si beruang kecil semakin mengetatkan pelukannya, belum pernah ia merasakan betapa besar ia menyayangi ayahnya seperti malam ini. Sejenak kemudian sang ayah berkata -Ibu menunggumu di rumah, ayo kita pulang sekarang.. - sambil mendorong si beruang kecil dengan moncongnya agar melangkah maju. Si beruang kecil mulai berjalan di depan ayahnya, kemudian ia menolehkan kepalanya ke belakang sambil berkata -Ayah.. - kata si beruang kecil lirih, sang ayah mengangkat kepalanya yang besar ke arahnya. Si beruang kecil melanjutkan kata-katanya yang terhenti sebelumnya dengan perasaan bersyukur yang luar biasa -Aku sayang sekali padamu, ayah.. Sungguh.. Terima kasih karena telah bersusah payah untukku malam ini..

Sang ayah melangkah maju, kemudian memeluk si beruang kecil dengan pelukan yang erat sambil tersenyum lebar. Si beruang kecil tersenyum dan membalas pelukan ayahnya.

Si beruang kecil dan sang ayah kemudian meneruskan perjalanan dengan beriringan, kembali menuju ke gua tempat mereka tinggal. Sepanjang perjalanan, berkali-kali si beruang kecil memandang sang ayah yang terlihat letih tapi bahagia sekaligus. Mereka bercakap-cakap dengan riang sepanjang perjalanan, seakan-akan tak pernah bercanda seperti ini sebelumnya, menyebabkan perjalanan tak terasa jauh, apalagi lama. Betapa bedanya dengan saat ia pergi kemarin, yang penuh dengan kemarahan dan kesedihan, perjalanan pulang ini terasa sangat menyenangkan buatnya. Di dalam hati, si beruang kecil sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan sang ibu, dan merasakan pelukan hangatnya.
Oh ibu.. sungguh, maafkan aku..

Tapi setiba mereka di depan pintu gua, tiba-tiba terbesit rasa cemas dan ragu di dalam hati si beruang kecil membayangkan bagaimana wajah sang ibu saat melihatnya nanti. Sang ayah menyadari keraguannya, kemudian sambil tersenyum sekali lagi ia mendorongkan moncongnya ke tubuh si beruang kecil untuk masuk ke dalam. Dengan pelan, si beruang kecil melangkah masuk ke dalam gua, dan di sana ia melihat sang ibu yang sedang duduk menangis, di sebelah adiknya yang tertidur lelap, bergelung dengan nyenyak di lantai yang dilapisi dedaunan.

Mendengar ada langkah kaki, sang ibu menyadari bahwa tentu suaminyalah yang pulang. Ia menoleh dan melihat si beruang kecil juga berdiri di sana, di depan sang ayah. Sang ibu membelalak tak percaya, kemudian berlari untuk memeluknya sambil menangis. Si beruang kecil menangis sekali lagi di dalam pelukan ibunya..

Masih menangis tapi sekarang dengan senyum menghiasi wajahnya, sang ibu memegang wajah si beruang kecil dengan kedua tangannya, kemudian menyentuhkan hidungnya dengan hidung si beruang kecil. Si beruang kecil memejamkan mata untuk meresapi hangatnya sentuhan sang ibu. Dadanya terasa penuh, sesak oleh berbagai hal yang sangat ingin ia katakan, tapi tak sanggup ia keluarkan. Tentang rasa iri, tentang rasa cemburu, dan betapa ia merasa marah kepada diri sendiri karena merasakan hal itu. Ia menyadari, tak sepantasnya ia iri kepada sang adik, karena ia juga sebenarnya menyayanginya. Ia juga sadar, tak sepantasnya ia marah kalau saat ini kedua orang tuanya lebih memperhatikan adiknya, karena sang adik memang lebih membutuhkan hal itu daripada dirinya. Ia lebih-lebih menyadari, bahwa tak seharusnya ia merasa cemburu kepada sang beruang betina yang saat ini dekat dengan jantan yang ia sukai, karena toh si beruang jantan bukanlah miliknya. Betapa ia ingin memarahi dirinya sendiri untuk semua ini, tapi ia lebih memilih untuk melampiaskan kemarahannya kepada keluarganya, karena kadang kala akan lebih mudah untuk melampiaskan hal tersebut kepada dunia sekitarnya. Padahal di dalam hatinya ia menyadari, bahwa hati lembut sang ibu akan terluka setiap kali hal ini terjadi..

Kembali terjadi, dari kedua sudut matanya menetes sesuatu yang bening seperti rintik hujan yang turun dari langit. Airmata itu, semakin lama membuncah semakin banyak, hingga tampak bagaikan dua aliran anak sungai yang sedang dilanda banjir. Sang ibu menunduk, mendekatkan mulutnya ke mata si beruang kecil, kemudian menjilati linangan airmata yang mengalir dengan penuh kasih sayang. Tanpa menyuruh berhenti, tanpa melarang..

Si beruang kecil lama menangis tersedu, hingga akhirnya ia merasa airmatanya semakin sedikit, berkurang, dan kemudian mengering. Ia masih merasakan jilatan halus lidah sang ibu di kedua pelupuk matanya sampai tiada lagi yang tersisa. Si beruang kecil seketika merasakan genangan ketenangan dan kehangatan yang memenuhi seluruh rongga hatinya, setelah airmata memutuskan berhenti mengalir. Dadanya kembali terasa ringan dan lega. Sang ibu menghentikan jilatannya saat ia merasa si beruang kecil mulai membuka matanya kembali, kemudian tersenyum penuh rasa sayang sambil sekali lagi menjilat si beruang kecil di bagian atas kepala.

Sambil tetap memejamkan mata, lirih berkata si beruang kecil..
- Ibu, terima kasih untuk cintamu hari ini, terima kasih sekali lagi untuk kasih sayangmu hari ini, terima kasih untuk perhatianmu hari ini.. Sungguh keegoisan semata kata-kataku sebelumnya, dan aku malu akan hal itu. Menyampaikan kata maaf mungkin terdengar bagai pembelaan, tapi aku merasakan kesepian amat sangat yang tiba-tiba menghentak ulu hatiku, dan aku ingin berlari menjauh dari rasa sepi itu. Aku tidak mau sepi ibu, aku tidak mau merasakan kesepian lagi kali ini! Aku ingin melepaskan rasa sepi itu dengan pergi darimu, tapi kau menyadarkanku bahwa hanya dengan bersama dirimulah maka aku akan bisa mengalahkan rasa sepi itu. Hibernasiku ingin bersamamu, ibu.. Aku tak ingin jauh darimu lagi.. Jangan pernah letih menyayangiku, ibu.. Karena sampai kapanpun aku akan selalu membutuhkan cinta dan kasih sayangmu untukku.. Terima kasih atas semua cintamu ibu, aku menyayangimu..

Si beruang kecil mengakhiri kata-katanya dengan kembali memeluk sang ibu erat-erat. Oh betapa ia bersyukur telah dilahirkan di dalam sebuah keluarga yang penuh kehangatan seperti ini. Dan betapa ia menyadari, bahwa hanya dengan kasih sayanglah semua akan bisa teratasi, dan ia tak perlu merasa sendiri lagi.

Ayah, ibu, sungguh aku berterima kasih, karena kalian telah mengajarkanku tentang hal ini..


-- The End --




Fiuh, akhirnya beres juga hehe.. Betapa senangnya ya kalau dunia ini selalu dipenuhi oleh cinta, kasih sayang, dan rasa memaafkan yang tulus. Mudah-mudahan saat aku menikah nanti, aku bisa menjadi seperti si ibu beruang yang penuh cinta kasih ini, yang penuh dengan kasih sayang dan kemampuan untuk memaafkan kesalahan dengan kesabaran. Sekali lagi, jangan pernah ragu untuk memperlihatkan rasa cinta dan kasih sayang, karena kita akan mendapatkan hal yang sama dari orang sekitar kita. Amien aja dulu ah buat sekarang, dan terima kasih buat yang mau merepotkan diri membaca trilogi tentang si beruang kecil ini ckikiki...


Special note: These are only my ideal models for parents kind, hopefully we can do it in our real life. Just because we always hear, a child were born like a white paper, we can draw it with any colour, we can make them in any form we like. So, i think, to raise our childs in a wonderful life, we should be concern on important things to be teach, which is love, and give them the ability to forgive other people's fault, and always ready to say "sorry" and "thank you" at the right situation, so that our kids can grow up as a better person than us in the future. Don't you agree with this simple ways? ^_^

Marilah kita membuat dunia yang penuh dengan cinta dimana-mana, gak perlu muluk-muluk deh, kita kan bisa memulainya dari rumah kita sendiri terlebih dahulu hehe..


Ini adalah "si beruang kecil" di keluarga kami, Muhammad Al Fathir Rumawie.
Di foto ini ia sedang bermesraan dengan Mamanya (Pipit) hwekekeke..
Mudah-mudahan kami semua bisa memberikan cinta yang ia butuhkan
untuk tumbuh menjadi anak yang baik hati
dan bisa memberikan kebahagiaan untuk banyak orang di masa depan, amien..

*Harapan Mami Ulie yang hari ini sibuk ditarikin untuk main kesana-kemari
ampe nyaris gak bisa nyelesain part 3 ini hiks..



image source 3: http://imagecache2.allposters.com/images/pic/ARTPUB/KW006721_36_24~Polar-Bear-Family-Posters.jpg


14 comments:

Anonymous said...

pertamaaxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Anonymous said...

pertamaxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxgspot

Ulie Azhar on December 05, 2008 4:29 AM said...

Jahh.. error ya Panks?? Hwakakaka...

Anonymous said...

fuih..juga, akhirnya selesai juga aku baca sluruh ceritanya. capek ga terasakan hanyut aku dalam cerita ini...inspiratif dan happy ending.

Miss G on December 05, 2008 6:55 AM said...

Ulie!!!! you can WRITE!!! really really a GREAT story loh, ga terpikir kah membuat cerita untuk anak? Atau yg model2 Harry Potter gitu? Waduuuuh, sy tersepona, ini akan saya print en ceritain ke para keponakan! Mmg niy harus di praktekin Psikologi-nya, ya bu Psikolog, haha... (^_^)

Sukaaaaaaaaaaaaaaa deh, terutama yg pertentangan batinnya si Beruang Kecil waktu mau bertemu ibunya, soalnya perasaan itu kan 'real' banget, kita semua pernah ada di sana pada suatu saat tertentu.

Suiit suiiit! Ayo ayo, keluarkan lagi tulisan2 yg lain. Menyegarkan dan penuh makna!

Milla Widia N on December 05, 2008 7:51 AM said...

fiuhhh akhirnya little teddy bear sadar akan kekhilafannya, dan kembali ke orang tuanya yang selalu mengasihinya.
great story Ullie!

pffhhh, aku masih puanjaanggg tuh ceritanya ^^

Anonymous said...

saudara itu seperti bagian tubuh kita koq. yo idak kak??!
karena memang jaman semakin maju dan alhamdulillah orang tua semakin sukses, otomatis sang adik lebih enak dan lebih dimanja. klo dulu belum ada pembantu, klo dulu belum banyak duit buat ngebahagia-in saat anak - anaknya ultah, sekarang pasti beda. wkwkwk koq jadi panjang lebar gini.!
lah tambah tuo ye kak, dah mulai hebat melantunkan nasehat lewat postingan gini wkwkkwkkw

Cebong Ipiet on December 05, 2008 10:11 AM said...

g baca mbak
hohohohoho hayooh inget slogannya ngga di baca gpp kan
xixixixiixix
bikin buku cerita aja mbak buku bergambar gitu

Anonymous said...

wah..jadi ketinggal story aku deh.. sibuk banget soalnya.. gpp deh.. rus balik lagi ke bagian pertama..xixixixixixix.. menarik nih tuk dijadikan E-Book. kira2 di kasih izin ya, bila aku buatkan E-Booknya..?? :-)

mi on December 05, 2008 1:15 PM said...

wiey keren nian kakak aq sikok ini..
paling pinter bikin tulisan yg menyentuhh..
hiks..jd kangen ni ngubrul lamo2 sm kak ulie

Nyante Aza Lae on December 05, 2008 5:10 PM said...

Alhamdulillahhh akhirnya tamat juga tulisannya...
suerr keren banget mbak (*padahal dah capek mlototin tulisannya*)..
Slamat weekend aja deh mbak, g lupa Mohon maaf lahir dan bathin..kan mo lebaran?

Anonymous said...

nice nice.....baguuuuus banget......bravo beib!!!

Galapagoz on December 13, 2008 2:45 PM said...

cieeeeeew.....cumi akhirnya...sesuai harapan gw,hehehehehe ternyata lu mampu membuatnya jauh lebih bagus dari dugaan gw.....topmarkotop,,,,dul dah gw bilang jangan pake kata jelek ....je**k...

Anonymous said...

Menjenguk disini dulu, mungkin masih ada beruang kecil hue he he

Salam

 

..::|| Ulie Punya Diary ||::.. Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon