Thursday, December 4, 2008

Aku Mau Berhibernasi! (part 2)



Ulie's note: "Aku Mau Berhibernasi (part 1)" bisa dibaca di sini yaa.. ^_^

Lanjut maangg.... Hohoho....


Si beruang kecil yang pergi dari rumah, berjalan tak tentu arah. Dalam keadaan yang bercampur antara marah, bingung, dan sedih, sesekali ia berjalan dengan sengaja menabrakkan diri pada pohon-pohon yang berada rapat di kanan-kirinya, menyebabkan ranting-ranting yang kering menjadi patah dan berjatuhan ke tanah. Si beruang kecil tak menghiraukan bahunya yang semakin terasa perih. Si beruang kecil masih merasa ingin berteriak, tapi ia tak tahu akan ditujukan kepada siapakah teriakannya itu: Sang ibu? Adik? Si beruang jantan? Atau si betina itu??

Si beruang kecil berjalan terus, tiada peduli pada langit yang semakin memerah atau pada matahari yang mulai bergulir turun. Ia berjalan seakan-akan tidak peduli akan keempat kakinya yang sudah mulai terasa letih karena tidak pernah berhenti melangkah. Ia tetap berjalan tanpa menoleh, seolah-olah meninggalkan sesuatu yang teramat menyakitkan di belakangnya. Sesekali si beruang kecil meluapkan perasaannya dengan melolong marah, yang anehnya malah lebih terdengar sebagai lolongan sedih di telinganya sendiri.

Tapi akhirnya si beruang kecil harus menyerah, pada sakit di telapak kakinya, pada perutnya yang mulai merintih karena lapar, dan pada sinar bulan yang tidak seterang matahari di siang hari. Si beruang kecil berhenti di suatu tempat, dimana pohon-pohon besar mulai semakin jarang dan akhirnya hanya ada tumbuh-tumbuhan kecil di sana, dan bahkan pada akhirnya tiada terlihat adanya tumbuhan yang hidup. Rupanya ia tiba di pinggir jurang! Tempat yang selama ini tak pernah ia berani bayangkan akan berada di sana, karena selama ini orang tuanya tidak pernah membiarkan ia pergi sendirian sejauh ini. Si beruang kecil maju sedikit di tepian jurang untuk melihat ke arah bawah. Oww! Tinggi sekali! - ia membatin. Hatinya sedikit kecut melihat betapa tinggi posisinya dari sini.

Perlahan si beruang kecil mundur, menjauhi tepian jurang. Ia masih belum tahu apa yang akan ia lakukan sekarang, apakah akan berusaha untuk pulang, atau tetap bertahan di sini, di tempat yang sungguh-sungguh asing untuknya ini. Belum lagi memikirkan tentang makanan, si beruang kecil belumlah terlatih untuk berburu, karena selama ini ayahnya yang berburu untuk makan mereka sekeluarga. Si beruang kecil mulai merasakan takut, apakah ia akan aman di sini? Selama ini ayah dan ibunya selalu bercerita tentang betapa bahayanya berada di dunia luar sendirian dan mereka selalu melindunginya, tapi kekeraskepalaan dan keegoisannya telah menyebabkan hidupnya terancam seperti saat ini. Tapi kedua hal itu juga yang menyebabkan si beruang kecil akhirnya memutuskan tidak akan pulang ke rumah saat ini, tidak untuk malam ini, ia memutuskan dengan keras kepala di dalam hati.

Si beruang kecil kemudian berjalan untuk mencari makanan, apapun itu ia pasrah asalkan bisa masuk ke perut dan mengenyangkannya. Si beruang kecil mengorek tanah dengan cakarnya, mencari jamur, kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Ergh! Tidak enak! Ia meludahkan jamur keluar dari mulutnya sambil berlari ke pohon muda yang terdekat dengan posisinya, mencari-cari bagian kulitnya yang lunak dan mengelupasnya, kemudian mulai mengunyahnya perlahan. Hm, cukup manis.. lumayan untuk mengganjal perutnya yang kosong sedari tadi. Si beruang kecil menengadah ke atas dan ia ingin sekali bisa meraih sarang lebah madu di atas kepalanya itu, tapi insting melarangnya.

Sekarang masalah lain datang setelah ia mengisi perutnya, dimana ia akan tidur malam ini?? Si beruang kecil mengantukdan merasa ingin berbaring saat ia mulai mengingat lantai guanya yang hangat dan nyaman. Si beruang kecil mulai merindukan kehangatan dan kebersamaan yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Si beruang kecil mulai menangis lirih di saat ia mengingat kelucuan dan celoteh adik kecilnya. Tiba-tiba si beruang kecil mulai menyesalkan keegoisannya yang telah membuatnya sampai tiba di sini. Si beruang kecil pun tidak lagi peduli tentang si beruang jantan, ataupun beruang betina, ia tidak peduli lagi tentang semua itu. Saat ini si beruang kecil hanya ingin pulang, kembali bersama ayah, ibu, dan adiknya, dan bergelung dengan nyaman di dalam gua, sambil mendengarkan sang ibu bercerita sampai mereka semua tertidur nyenyak. Si beruang kecil mulai menangis dan melolong dengan suara keras, ia merasa sendirian.. dan seperti film yang diputar ulang, ia seperti mendengar kembali kata-kata yang sempat ia lontarkan kepada sang ibu sebelumnya, kata-kata yang tidak ia pikirkan akan benar-benar terjadi, kata-kata yang terlempar keluar hanya karena dorongan kebodohannya semata, dan sekarang ia menyesalkan hal itu.. Tapi sudah terlambatkah bila ia menyesal sekarang??

Bulan di langit bulat dan terang, tapi seakan-akan ia terlihat sedih melihat keadaan si beruang kecil. Si beruang kecil akhirnya tertidur dengan sisa-sisa airmata membekas di pipinya, meninggalkan jejak berupa bulu yang basah dan menempel erat dengan kulitnya. Si beruang kecil sesekali mengigau dalam tidurnya yang tidak nyenyak, karena saat itu ia tertidur di luar, penuh dengan perasaan menyesal, takut, capai, dan kedinginan, dan rasa lapar akibat rasa dingin itu membuat si beruang kecil tanpa sadar menangis dalam tidurnya. Malam semakin larut, suasana hutan yang hanya ditingkahi oleh suara burung hantu dan binatang malam membuat malam semakin terasa mencekam.

Tapi tiba-tiba terdengar bunyi berkeresak dari arah belakang si beruang kecil! Si beruang kecil terlonjak dari tidurnya. Ia duduk dengan waspada sambil ketakutan, membayangkan apa atau siapakah yang kira-kira menimbulkan bunyi tersebut. Terdengar langkah-langkah kaki yang berat, melangkah lambat, tanpa menimbulkan suara lain kecuali bunyi keretak dahan kering yang terinjak dan desah nafas berat. Si beruang kecil semakin ketakutan, langkah itu semakin mendekat ke tempatnya duduk sekarang. Nafas si beruang kecil memburu, ia tidak tahu apakah ia harus berlari atau mencari tempat persembunyian agar ia tidak bertemu dengan makhluk tersebut. Perlahan si beruang kecil menoleh ke kanan dan kirinya, mencari-cari tempat yang bisa dijadikan tempat untuk bersembunyi. Ia melihat ada sebuah pohon besar di kejauhan, kelihatannya cukup besar sebagai tempatnya berlindung.

Dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara, si beruang kecil mulai melangkah ke arah pohon tersebut. Si beruang kecil melangkah hati-hati, sesekali menoleh ke arah bunyi keretak langkah tadi, ia berusaha agar saat melangkah tidak menimbulkan suara dan melangkah semakin cepat ke tujuannya. Tapi tanpa sengaja tiba-tiba kaki si beruang kecil menginjak ranting, dan bunyi keretak patahnya seakan-akan bagai bom di telinganya! Dengan ketakutan si beruang kecil berhenti, karena bunyi langkah itupun ikut berhenti di belakangnya. Nafas si beruang kecil makin tak teratur, jantungnya berdegup kencang, bertalu-talu di dalam dadanya sampai rasanya ingin melompat keluar. Tiba-tiba langkah itu terdengar lagi, bahkan sekarang langsung berjalan menuju arahnya, dan semakin lama semakin cepat bahkan nyaris berlari. Si beruang kecil tersentak dan memutuskan untuk berlari secepatnya, menjauh dari makhluk itu. Si beruang kecil mulai menangis, si beruang kecil mulai melolong memanggil ibu dan ayahnya, bahkan sesekali menyebut nama adiknya. Pengejarnya sudah semakin dekat, ia merasakan hal itu. Si beruang kecil makin mempercepat langkah kaki kecilnya, tapi dadanya yang sesak dan airmata yang mengalir dari matanya membuatnya kesulitan melihat arah, dan tiba-tiba...

Si beruang kecil tiba di pinggir jurang!



-- bersambung deui ah.. hihi.. --



ps: Van, akhirnya gw bikin ini jadi trilogi juga.
Ciyaaalll... Kenapa gw harus ngikutin kata-kata loe ya??


image source: http://animals.timduru.org/dirlist/bear/Cute-PolarBear-Cub-SittingOnSnow.jpg

9 comments:

Anonymous said...

pertamaaaaaaaaxxxxxxxxxxxxxxxxxxx dulu

Anonymous said...

hohoho si beruang kecil akhirnya mulai belajar ttg kehidupan yap.bagus bagus teruskan perjuanganmu yap little bear

Anonymous said...

hohoho ughhh syereeemmmm, kok mutusnya syereemmm gitu siyyy.tahan napas set mode on.

masuk 3 besar ga yap? hohoho :D :P

Miss G on December 04, 2008 11:11 AM said...

Oh nooooooooooooooooo..... apa dong? Apa dong? Siapa itu yg datang semakin mendekat????

Milla Widia N on December 04, 2008 12:47 PM said...

kesian sekali kamu beruang kecilku...sini sini tante peluk :D
jangan lompat ke jurang yaaaa

University on December 04, 2008 6:35 PM said...

wah perjalanannya rumit juga ya

Haris on December 04, 2008 10:51 PM said...

Wah ceritanya seru juga.
Dipotong pas klimaksnya lagi

Anonymous said...

yeeeeeeeeeee.....bikin napsu niy baca-nya.....bagus2 ada bakat menjadi penulis..saluuuuttt..Keep it up beib

Anonymous said...

kayaknya klo beruang yang ini bukan beruang kecil, beruang madu aja dah wkwkkkw

 

..::|| Ulie Punya Diary ||::.. Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon