Friday, June 6, 2008

Sang maniak sticker

Sejak kecil, beberapa kelakuan adik bungsuku ini emang rada nyeleneh. Dia suka banget menghiasi barang-barangnya dengan sticker! Dan bukan hanya satu-dua, tapi ia selalu menempeli sticker hingga barang itu seakan-akan diselimuti sticker saking penuhnya! Dan yg lebih menyebalkan, stickernya barang gratisan! Mulai dari hadiah permen murahan sampe sticker otomotif yg diperoleh dari pameran, gratis! Dan ia nggak pilih-pilih tempat, mulai dari cermin di kamarnya, pintu lemari pakaian, container tempat ia menyimpan pakaian dalam, pintu kamar, hingga...kaca jendela mobil! Seakan-akan menurutnya sticker adalah sesuatu yg bisa memberi keindahan pada suatu barang yg terlihat kosong-melompong dan nggak indah dipandang mata.. Anehnya, yg menjadi sasaran tangan jahilnya hanya mobil Papa. Saat ia memiliki mobil sendiri, apalagi ia pernah disuruh bawa Vios, nggak sekalipun ia tergoda untuk mendandani mobilnya dengan sticker! Curang banget ya?

Papa udah menyadari gelagat gak beres dari hobbynya adikku ini sejak ia masih kecil, karena hidup Papa udah gak bisa tenang sejak Dedek (nama panggilannya karena ia anak bontot) mulai merajah kaca mobil sebagai media kreatifitasnya yg baru: menghiasi semua bidang kosong yg dilihatnya dengan persediaan stickernya! Sampai-sampai Papa merasa harus memberi 'petuah' sederhana setiap kali Papa menggantu mobilnya dengan yg baru: "Dek, jangan ditempelin sticker lagi ya!". Dedek hanya diam, tapi dalam hati aku tahu pasti suatu saat salah satu stickernya akan tetap 'mampir' di kaca jendela belakang mobil Papa dan tetap bisa terbebas dari kemarahan Papa hehe...

Kejadian yg paling aku inget adalah saat kami sekeluarga (minus Pipit karena ia masih di Yogya) pergi jalan-jalan ke Jambi di malam tahun baru 1997. Saat itu Dedek baru berusia 12 tahun (ia berulang tahun ke-12 tgl 6 Desember 1996). Tubuhnya sudah terlihat bongsor kayak anak 15 tahun, tapi tetap dengan tampang dan kelakuan 'bayi' berumur 12 tahun.

Perjalanan pergi ke Jambi dilalui dengan tenang, berangkat sekitar pkl 5 sore dan tiba di sana saat jam menunjukkan hampir pukul 9 malam. Setelah check in dan mandi di hotel, Papa mengajak keluar untuk makan malam dan berburu durian. Yummy!

Besok paginya, setelah sarapan dan beres-beres, kami langsung check out dengan tujuan ke salah satu pasar yg katanya banyak menjual barang-barang bermerk (asli!) dengan harga yg cukup miring. Aku udah lupa namanya, yg jelas disana aku memilih parfum ... berukuran 50 ml dengan hanya 70 Ribu! Selain itu 2 kaset Best of Mr.Big dan White Lion juga masuk ke kantong. Aku udah nggak inget lagi mama dan adik-adikku belanja apa aja, tapi yg mo aku ceritain adalah kejadian saat perjalanan pulang ke Palembang. Sekitar pukul 4.30 sore, Papa mengajak mampir di salah satu rumah makan Padang yg banyak tersebar di jalan raya lintas Sumatera untuk makan dan sholat Ashar. Berhubung aku dan adik-adikku makan dan sholat lebih cepat dari kedua orang tua kami, akhirnya aku, Iman dan Dedek memutuskan untuk kembali ke mobil. Begitu tiba di mobil, dengan santainya Dedek membuka tasnya dan mengeluarkan...sticker! Padahal baru tadi siang Papa kembali mengulang harapannya agar Dedek nggak kembali mengotori mobil dengan koleksi stickernya. Saat Dedek membersihkan kaca jendela belakang mobil sebelum menempelkan sticker (kali ini ia membawa sticker dari Sea World yg bergambar lumba-lumba itu!), aku mencoba ngingetin apa yg Papa katakan tadi. Lagi-lagi dengan santainya ia menjawab (sambil tetap meneruskan pekerjaannya tanpa merasa ada interupsi sama sekali): "Biarin aja, Papa juga nggak akan marah kok kalo udah kepalang ditempel. Makanya diem-diem aja ya!".

Busyet! Gw diajakin sekongkol dalam 'kejahatan' oleh anak 12 taon!

Aku cuma jawab, terserah aja deh, dan hanya berdiri ngeliatin kesibukannya menempelkan sticker. Tepat saat ia selesai, Papa dan Mama keluar dari rumah makan menuju tempat kami berdiri di belakang mobil. Entah kenapa Papa menyusul kami dan bukannya langsung menyuruh masuk ke mobil. Olala, rupanya Papa udah punya firasat buruk! Begitu melihat sudut kaca jendela mobil sudah berhiaskan lumba-lumba tertawa, Papa langsung bilang: "Ini pasti kerjaannya Dedek! Orang tadi sticker ini belom ada kok". Dengan tampang tanpa rasa bersalah Dedek langsung nyengir dan naik ke mobil. Aku cuma bisa cengar-cengir liat ekspresi Papa yg keliatan banget lagi gondok tapi nggak bisa apa-apa.

Aku pikir kegilaannya pada sticker akan hilang seiring berlalunya waktu. Tapi rupanya pikiranku salah! Karena sampe hari ini pun Dedek masih tetap menjadi adikku yg maniak sticker. Barang-barang di kamar kostnya (yg kebanyakan adalah warisanku saat aku keluar dari Bandung) dipenuhi oleh sticker-sticker nggak jelas dan nggak mutu! Pintu lemari pakaian, container, cermin gede, 2 meja pendek untuk komputer dan TV, semua dipenuhi sticker. Bahkan mantan TV-ku pun nggak terbebas dari sticker! Begitu aku melihat motor dan helmnya, wah parah..stickernya dimana-mana! Kalo aku protes soal sticker-sticker ini (bahkan menghina :p), dengan tenangnya ia akan menjawab: "Mataku sakit kalo ngeliat tempat-tempat kosong. Kan lebih indah kalo dipenuhi sticker? Dan lagi kasian orang yg udah ngasiin kalo nggak dipake".

Weks! Alasan yg nggak bermutu sekali! :-o

0 comments:

 

..::|| Ulie Punya Diary ||::.. Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon